Pemerintah, ATSI all out dukung OTT local
By Ervina Anggraini December 14, 2015
- Setahun kedepan, tiga OTT ditargetkan memiliki 20-30 juta pengguna
- Indonesia masih tertinggal jauh dari Singapura, Malaysia, dan Thailand
To read a different version of this story in English, click here.
JANJI pemerintah untuk mendorong pertumbuhan layanan lokal bukan lagi sekedar isapan jempol. Itu dibuktikan oleh Ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Alexander Rusli yang secara secara resmi membuka keran bagi pengembang aplikasi untuk mendaftarkan layanan buatan mereka.
Mulai pertengahan Desember, ATSI mencari sedikitnya tiga over-the-top (OTT) yang akan memajukan konten lokal.
Sebagai langkah awal, kata Alex pada acara konferensi media 4G LTE untuk Indonesia yang lebih baik di Jakarta, 11 Desember 2015, seluruh anggota ATSI akan memilih OTT yang terkait dengan sosial media dan layanan chatting pada minggu ketiga Desember.
Mengenai layanan apa saja yang dicari, lanjut Alex (gambar), ada tiga kriteria utama yang harus dipenuhi. Pertama, startup harus menyediakan layanan chatting dan media sosial yang sepenuhnya dimiliki oleh orang Indonesia. Kedua memiliki setidaknya 100 hingga 500 ribu pengguna, dan ketiga layanan tersebut tersedia untuk perangkat Android.
Pria yang juga menjabat sebagai CEO Indosat Ooredoo ini, memastikan tiga OTT yang memenuhi kriteria akan mendapatkan pembinaan di pertengahan Januari 2016.
Selain itu, akan dipromosikan oleh semua operator anggota ATSI dalam berbagai kesempatan melalui SMS blast. Bagi startup yang tertarik mengikuti seleksi, ATSI membuka kesempatan untuk ketiga OTT mengirimkan proposal melalui surel ke [email protected].
Ketiga OTT yang terpilih akan diberikan kesempatan selama enam bulan hingga satu tahun untuk mencapai target 20 hingga 30 juta pengguna.
Bukan hanya didukung oleh anggota asosiasi, tetapi juga oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara yang akan turun tangan langsung memberikan dukungan bagi pertumbuhan ketiga OTT tersebut.
“Pak Menteri juga berkomitmen mengatur agar komunikasi antar menteri nantinya menggunakan OTT lokal ini. Dengan begitu Pak Rudi akan memfasilitasi menteri lain untuk dalam mendorong penggunaan OTT lokal agar lebih massif,” ungkapnya.
Ketika disinggung kemungkinan ketiga OTT bisa menyaingi OTT asing yang sudah lebih dahulu dikenal, Alex menyebut tujuan jangka panjang program ini bukan ke arah itu.
Namun dengan ketersediaan OTT lokal, maka beban operator untuk menyediakan alokasi data tidak sebesar saat pelanggan mengakses OTT asing.
Negeri dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara
Kemunculan OTT lokal ini bukan hanya mendorong pertumbuhan industri kreatif, tetapi lebih luas akan menjadi pendorong ekonomi bangsa. E-commerce misalnya, merupakan salah satu bentuk aplikasi yang didorong menjadi OTT nasional.
Sebagaimana diketahui, nilai e-commerce pada tahun lalu mencapai US$12 miliar. Kalau peta jalan e-commerce konsisten dijalankan maka pada tahun 2020 diproyeksikan bisa mencapai US$130 miliar.
Menurut Rudi (gambar), saat ditemui pada kesempatan yang sama, dalam konteks komunikasi dan telematika, Indonesia masih tertinggal jauh di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Namun seiring dengan ketersediaan akses 4G dan percepatan pembangunan TIK, maka tekad untuk menjadi nomor dua di tahun 2019 dan pemimpin di tahun 2020 bisa cepat terwujud.
Ketersediaan jaringan 4G di seluruh Indonesia, disebut oleh Presiden Joko Widodo, mampu merevolusi ekonomi Indonesia kedepannya. Rampungnya modernisasi jaringan 1800MHz oleh empat operator diharapkan bisa membuka kesempatan dan akses luas bagi seluruh masyarakat.
Menkominfo menyebut, dengan rampungnya modernisasi, kesempatan untuk mendorong ekonomi kreatif dan mewujudkan kota pintar kian terbuka.
“Ketersediaan 4G seakan 'membayar hutang' saya ke Gubernur DKI Jakarta, karena saya janji untuk menyelesaikan 4G di Jakarta. Awalnya, saya tantang ke Gubernur DKI Jakarta, kapan Jakarta jadi Smart City.
“Kemudian Pak Gubernur minta sediakan 4G di seluruh Jakarta, nah sekarang sudah selesai semua dan mudah-mudahan smart city bisa dilakukan di Jakarta,” tutur Rudi.
Rampungnya modernisasi jaringan 4G dan ketersediaan layanan pendukung hanyalah awal dari kemunculan ekosistem digital. Rudi menyebut, masih banyak 'pekerjaan rumah' yang harus dirampungkan di tahun 2016.
“Selain fokus inplementasi 4G, tahun depan kominfo harus fokus ke PR berikutnya terutama dalam menyiapkan fundamental infrastruktur, aplikasi dan e-commerce.
“Pemerintah akan mengalokasikan tambahan spektrum 2100MHz melalui proses seleksi untuk operator yang membutuhkan,” ungkap pria yang kerap disapa Chief RA ini.
Bisnis akses data adalah masa depan operator
Rudiantara berharap, pemerintah dan masyarakat tidak lagi melihat industri telekomunikasi sekedar alat. Lebih dari itu, dalam jangka panjang telko dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi bangsa. Terlebih di era 4G di mana akses data memegang peran penting bagi operator.
Wakil direktur utama Hutchison Tri Indonesia, M. Danny Buldansyah mengakui jika tren 4G akan mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengakses internet.
Sebagai satu-satunya operator yang belum mengkomersialkan jaringan 4G, Tri optimis pertumbuhan bisnis operator di tahun 2016 akan mencapai 10-15 persen.
Meski demikian, saat ini operator yang akan mengkomersialkan jaringan 4G di bulan Februari 2016 ini, sudah memiliki 2 juta pelanggan yang menggunakan handset berteknologi generasi keempat.
Kata Danny, saat ini fokus operator di era mobile broadband adalah menyediakan akses data yang berkualitas bagi pelanggan.
“Kami memang memiliki 35 juta aktif data dalam sebulan, rata-rata pelanggan mengkonsumsi data sebanyak 1,5GB dalam sebulan,” pungkas Danny.
Jelang mengkomersialkan 4G di lima lokasi, Danny memproyeksikan ada 1 hingga 1,4 juta pelanggan yang siap migrasi ke teknologi 4G. Kedepannya adopsi ponsel 4G akan lebih cepat dibandingkan saat era 3G tahun silam.
“Saat ini ada 3 juta smartphone terjual setiap bulannya, 60% diantaranya merupakan handset 4G. Dengan ketersediaan ponsel 4G di bawah Rp1 juta maka bisa mempercepat penyerapan teknologinya,” ungkapnya.
Dengan adanya perangkat seharga dibawah Rp1 juta, maka affordability masyarakat akan meningkat sehingga akselerasi 4G akan semakin cepat.
Artikel Terkait:
Sambut era 4G, Kominfo keluarkan aturan berbagi infrastruktur
Peluang bisnis operator menuju era 4G
Pemerintah dorong kemunculan 1000 startup pada 2020
Adopsi 5G di Indonesia harus dipersiapkan dengan matang
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di Twitter, LinkedIn or sukai laman kami di Facebook.