Google buka peluang bisnis bagi pengembang aplikasi local

  • Orang Indonesia memasang 31 aplikasi di ponsel pintarnya dan membayar
  • Lokalisasi aplikasi dan permainan asing jadi peluang bagi pengembang
Google buka peluang bisnis bagi pengembang aplikasi local

 
INILAH momentum industri aplikasi dan permainan mobile di Indonesia.  Bukan hanya bagi para pengembang lokal, namun juga bagi para pengembang mancanegara yang ingin meraup basis pengguna di negeri dengan populasi 250 juta orang ini.
 
Peluang tersebut sangat besar. Apalagi berdasarkan data yang dirilis oleh Google dan TNS Indonesia pada 10 November lalu menyatakan, bahwa selama tahun 2015 rata-rata masyarakat mengunduh 31 aplikasi ke ponsel pintarnya.
 
Sebanyak 34 persen dari responden yang disurvey, tidak keberatan untuk membeli aplikasi berbayar dengan harga termahal sebesar Rp48.000 atau sekitar US$3,5.
 
“Perkembangan aplikasi dan permainan online di Indonesia tidak terlepas dari penetrasi ponsel pintar yang menurut riset kami [Google dan TNS Australia] baru mencapai 43 persen,” papar strategic partner manager, apps monetization, Google Indonesia, Inge Wong pada media dalam ajang Indonesian Developer Showcase di Jakarta.
 
Lebih lanjut, dia bilang, semakin tinggi penetrasi ponsel pintar, semakin besar kebutuhan akan aplikasi dan permainan online yang akan menemani keseharian pengguna ponsel pintar.
 
Karena itu, peluang besar ini harus bisa dimanfaatkan oleh pembangun aplikasi dan permainan lokal Indonesia dengan membuat aplikasi serta permainan yang berkualitas dan mampu menjadi solusi terhadap suatu permasalahan sosial.
 
“Para pengembang aplikasi harus memilih sebuah masalah, dan pilihlah sebuah solusi untuk masalah tersebut,” kata vice president Developers Products Group Google, Jason Titus.
 
“Aplikasi-aplikasi yang mampu menjadi solusi terhadap permasalahan yang dialami masyarakat selama ini dapat menjaring pengguna dan unduhan yang besar serta mampu bersaing di kancah internasional,” sambungnya.
 
Menurut Jason (gambar di bawah), industri aplikasi dan permainan online di Indonesia masih tergolong industri yang baru, dan siapa pun masih bisa bersaing.
 
Apalagi dengan basis pasar lokal yang besar, banyak aplikasi dan permainan manca negara yang akan membutuhkan jasa dan keahlian pengembang lokal untuk melokalisasi produknya.
 
“Lokalisasi aplikasi dan permainan online di Indonesia merupakan salah satu kunci utama, terutama dari sisi bahasa dan konten, hal ini juga akan menjadi peluang besar bagi pengembang lokal dan perkembangan industri,” paparnya.
 

Google buka peluang bisnis bagi pengembang aplikasi local

 
Dukungan bagi pengembang local
 
Menjadi sistem operasi mayoritas di pasar ponsel pintar Indonesia, aplikasi Google Play di Android menjadi naungan para pengembang lokal untuk menampilkan dan menjual aplikasi mereka.
 
Firma riset yang berkantor pusat di Massachusetts, Amerika Serikat, International Data Corporation (IDC) Indonesia menyatakan, sistem operasi Android akan merajai 97 persen pasar ponsel pintar di Indonesia hingga akhir 2015 ini.
 
Tak heran, jika banyak pengembang lokal yang membangun aplikasi maupun permainan dengan fokus pada pengguna ponsel pintar bersistem operasi Android.
 
“Sebagai pengembang aplikasi mobile, kami harus fokus agar aplikasi dapat dinikmati oleh sebanyak mungkin pengguna ponsel pintar,” terang cofounder aplikasi permainan teka-teki Tebak Gambar, Irwanto Widyatri.
 
“Di Indonesia memang mayoritas menggunakan sistem operasi Android karena jenis ponsel yang beragam dengan harga yang beragam pula,” tambah Irwanto.
 
Karena basis pengguna yang besar inilah, akhirnya banyak pengembang lokal yang fokus dan memilih meluncurkan aplikasi maupun permainannya di sistem operasi Android.
 
Meski demikian, menurut Irwanto, pengembang tidak akan menganaktirikan sistem operasi lain, “Jika dari sisi sumber daya kami mampu, kami jelas akan menyediakan aplikasi dan permainan lintas platform dan sistem operasi.”
 
Melihat Google Play yang memegang peran penting dalam pertumbuhan aplikasi dan permainan, Google Indonesia berkomitmen membantu para pengembang lokal agar dapat memanfaatkan platform Google Play dan  bisa mengembangkan produknya baik dari sisi basis pengguna maupun penerimaan keuntungan.
 
“Monetisasi penting untuk keberlangsungan para pengembang. Sejak 2014, Google Play sudah memungkinkan pengembang di Indonesia  dapat menjual aplikasinya dengan mata uang Rupiah, begitu pun dengan metode pembayaran aplikasi yang sudah bisa langsung memotong pulsa pengguna,” ungkap Inge.
 
Ia menambahkan, dukungan yang sudah tersedia, dapat dioptimalkan dengan produk yang berkualitas dan memiliki elemen inovasi yang kuat.
 
“Jika pengembang mampu memberikan aplikasi yang berkualitas, mampu memanfaatkan metode monetisasi yang tersedia di Google Play, serta memiliki inovasi yang kuat, maka jelas ini adalah waktu yang tepat untuk  memenangkan pasar,” tandas Inge.
 
Artikel Terkait:

Developers and the struggles of enterprise mobility
 
Google’s next frontier: Everything, everywhere
 
Navigating the fragmented SEA of mobile gaming
 
 
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di 
TwitterLinkedIn or sukai laman kami di Facebook.
 

 
Keyword(s) :
 
Author Name :
 
Download Digerati50 2020-2021 PDF

Digerati50 2020-2021

Get and download a digital copy of Digerati50 2020-2021