Keamanan cyber, penting tapi kurang diperhatikan
By Masyitha Baziad December 16, 2015
- Ancaman meningkat, tapi perusahaan masih pertimbangkan biaya
- Perangkat konsumen jadi target, kewaspadaan harus ditingkatkan
ISU keamanan cyber atau cybersecurity menjadi perbincangan hangat di kalangan pelaku industri maupun pemerintahan. Keamanan cyber menjadi hal yang sangat penting, untuk menghindari adanya hal-hal yang tidak diinginkan, termasuk serangan dari para hacker.
Apalagi di Indonesia, hampir semua aktivitas sehari-hari saat ini sudah melalui Internet.
Namun, sayangnya, upaya untuk meningkatkan keamanan cyber masih terkendala persepsi biaya. Investasi yang dikeluarkan untuk keamanan cyber belum dilihat bisa mendatangkan keuntungan besar bagi perusahaan.
“Persepsi ini harus diubah, karena memang benar, investasi untuk meningkatkan keamanan cyber perusahaan tidak langsung berbuah keuntungan yang besar. Namun hasilnya akan dirasakan dalam jangka panjang,” papar country manager Fortinet Indonesia, Jeremy Andreas pada media di Jakarta, 15 Desember.
Fortinet yang bergerak dalam bisnis penyedia sistem keamanan jaringan di Indonesia, dalam menjaring klien yang pertama dilakukan adalah menumbuhkan kesadaran bahwa aset perusahaan sudah tidak lagi berupa aset bergerak dan tidak bergerak.
“Aset perusahaan sudah bertransformasi ke digital, data perusahaan kini menjadi aset paling penting,” kata Jeremy.
“Kesadaran itu sudah ada di beberapa perusahaan di Indonesia, terutama sektor perbankan, namun masih banyak juga yang belum mengambil langkah untuk mengamankan aset digitalnya,” tambah Jeremy.
Bisa dimaklumi, bila sektor perbankan Indonesia lebih peka terhadap keamanan cyber. Karena berkaitan langsung dengan kepercayaan konsumen dan pada akhirnya akan mempengaruhi roda bisnis bank tersebut.
Pada 2016 nanti, menurut Fortinet Indonesia akan ada lima ancaman keamanan cyber yang menyerang, terutama untuk industri.
Yang pertama, munculnya serangan mesin ke mesin (machine to machine/M2M). Diperkirakan ancaman di sektor ini akan semakin besar akibat banyaknya perangkat yang tidak dikelola langsung oleh manusia melalui protokol komunikasi dan API (application programming interface) terpercaya seperti bluetooth, RFID (radio-frequency identification), NFC (near-field communication), dan WiFi.
Kedua, Headless worm targetkan perangkat headless. Worm dan virus yang dirancang untuk menyasar dan menyebar ke perangkat lain yang tidak dikelola manusia akan semakin besar. Virus ini dirancang untuk menyebabkan kegagalan otomatis dan kerusakan fatal.
Ketiga, Jailbreaking pada cloud. Dengan strategi virtualisasi yang semakin banyak diadopsi perusahaan, maka para peretas membangun upaya untuk menyerang sistem dan infrastruktur pada skala yang lebih besar.
Keempat, Ghostware menyembunyikan indikator kompromi keamanan. Menyadari bahwa kasus kejahatan cyber menjadi fokus investigasi bagi institusi keamanan, para peretas merancang varian baru dan malware yang mampu menyelesaikan misi lalu menghapus seluruh jejaknya sebelum sistem pengukur keamanan mendeteksi kehadirannya.
Sedangkan, yang kelima adalah Two-faced malware. Menghindari deteksi, evolusi malware juga hadir dengan membuat wajahnya terlihat ‘baik’ saat melalui sistem deteksi keamanan, lalu berubah menjadi malware jahat ketika telah lolos dari sistem deteksi tersebut.
Keamanan cyber ancaman negara
Soal biaya ini, bukan hanya diberatkan oleh perusahaan saja. Negara pun demikian, isu keamanan cyber cukup menggerus biaya besar.
Data yang didapatkan oleh Fortinet Indonesia, hingga Agustus 2015 serangan cyber telah merugikan negara sebesar Rp33,29 miliar (US$2,4 juta).
Sebanyak 497 kriminal cyber telah tertangkap Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) sejak 2012 hingga Agustus 2015.
Dari yang tertangkap itu, 108 diantaranya adalah warga negara Indonesia, sedangkan 389 lainnya adalah warga negara asing yang ditangkap di wilayah Indonesia.
“Inilah yang menyebabkan pemerintah Indonesia semakin sadar dan gencar untuk melakukan penertiban terkait serangan cyber,” ujar Jeremy (gambar di atas).
Meski tidak menyebutkan proporsinya, Jeremy mengakui Fortinet Indonesia telah melayani beberapa klien dari lembaga pemerintahan, dan melihat potensi bisnis dari kalangan pemerintah akan berkembang di 2016.
Pengguna perangkat digital wajib sadar keamanan cyber
Koneksi dengan internet memang membuat keseharian masyarakat kini semakin mudah. Dimulai dari komputer pribadi, tablet, ponsel pintar, jam tangan pintar, hingga perlengkapan rumah tangga seperti televisi dan kulkas yang juga telah tersemat kata pintar di belakangnya.
Fenomena perangkat pintar yang saling terhubung ini atau Internet of Things (IoT) dianggap vendor keamanan global Fortinet sebagai sasaran utama ancaman keamanan cyber pada 2016.
“Serangan terhadap segala perangkat yang terhubung ini sudah terlihat sejak 2014 dan 2015 di dunia, namun akan semakin meningkat di tahun 2016 mendatang,” pungkas Jeremy.
Di Indonesia perangkat rumah tangga pintar masih didominasi oleh televisi pintar (smart TV), namun seiring dengan perkembangan selera konsumen, akan semakin banyak masyarakat yang mengadopsi lebih banyak perangkat pintar dalam kesehariannya.
“Hal ini perlu diperhatikan, karena perangkat-perangkat ini begitu rentan akan serangan cyber. Jika kita sebagai pengguna tidak mulai berhati-hati, maka jelas serangan akan semakin mudah dilakukan,” tambahnya.
Karena itulah, masyarakat yang sudah tergantung pada perangkat digital dalam kesehariannya wajib memiliki kesadaran akan keamanan.
Kesadaran keamanan tersebut, dengan memilah mana informasi yang bisa dibagikan secara online atau diunggah di perangkat, memilih jaringan yang aman untuk melakukan transaksi finansial, atau mulai menggunakan solusi keamanan dasar untuk kebutuhan pribadi dan di rumah masing-masing.
Artikel Terkait:
The six domains of network security, and fighting IT
Perkuat keamanan data, cara BlackBerry bertahan
Serangan malware PoS di Indonesia digawangi ‘Poslusy’ dan ‘Alina’
Tingkatkan layanan pembayaran, Traveloka kerjasama dengan CyberSource
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di Twitter, LinkedIn or sukai laman kami di Facebook.