Logistik dan pembayaran, pendukung e-commerce yang kerap terlupakan

 

  • Perusahaan logistik mengembangkan layanan berbasis teknologi
  • Ada rencana membuat national payment gateway
Logistik dan pembayaran, pendukung e-commerce yang kerap terlupakan

 
PENETRASI transaksi daring yang kurang dari 1 persen akan membesar seiring dengan berkembangnya ekosistem belanja daring. Banyak faktor yang menjadi pendukung pertumbuhan belanja daring di tanah air.
 
Menurut catatan Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), setidaknya ada empat faktor pendukung, yakni keamanan sistem pembayaran, logistik, penyedia jasa teknologi dan mitra penjualan.
 
Dari keempat ekosistem tersebut, ketua idEA Daniel Tumiwa menyebut, logistik dan payment gateway merupakan dua faktor penting yang justru kerap terlupakan.
 
Hal ini menjadi salah satu penghambat pemerataan akses belanja daring di seluruh Indonesia.
 
Padahal nilai transaksi e-commerce di Indonesia hingga akhir tahun 2013 mencapai US$1,3 miliar atau setara dengan Rp19 triliun dan pertumbuhannya  masih kurang dari 1 persen.
 
Seharusnya, dengan 250 juta populasi dan 93,5 juta pengguna Internet, Indonesia berpotensi besar untuk perkembangan bisnis e-commerce.
 
Pertumbuhan situs e-commerce dan nilai transaksi semakin besar, sayangnya tidak diiringi dengan peningkatan layanan logistik dan sistem pembayaran.
 
Kendala logisitik seperti keterlambatan pengiriman, kesalahan pengiriman, kerusakan saat pengiriman. Sementara dari sistem pembayaran kendala berupa akses terhadap layanan perbankan yang masih belum merata.
 
Logistik bukan sekedar pengiriman barang
 
Sebagai salah satu tulang punggung industri e-commerce, urusan logistik menyangkut urusan pergudangan, manajemen inventori, penagihan, pengemasan, label, pengiriman hingga cash on delivery.
 
Dengan menjamurnya situs belanja daring, tentu saja menuntut penyedia jasa pengiriman memastikan semua pesanan tidak cacat, sesuai dengan keinginan konsumen dan tepat waktu.
 
Sejumlah layanan logistik dengan jaringan luas dan tersebar di Indonesia, menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, berpotensi besar mendukung pertumbuhan ekosistem e-commerce.
 
Karena itulah,  Chief RA-- begitu ia biasa disapa-- tak segan-segan menggiring perusahaan BUMN PT Pos Indonesia (Persero) yang memiliki cabang di seluruh Indonesia untuk mengambil peran menjadi kekuatan dalam ekosistem e-commerce.
 
“Dari sisi logistik, kalau sekarang e-commerce yang besar ada di divisi logistik, kenapa enggak kita tidak berpikir tentang PT Pos yang bisa diubah menjadi bagian ekosistem dari e-commerce.
 
“PT Pos bisa menjadi perusahaan yang fokus mendukung fungsi logistik dari e-commerce Indonesia agar biaya logistik murah," ujarnya saat ditemui DNA, 12 November.
 
Menurut dia, langkah itu bisa mengefisienkan proses bisnis e-commerce karena biaya logistik yang cukup terjangkau bagi para pelaku usaha e-comerce dan pembelinya. Mengingat jika biaya logistik mahal, akan berdampak pada konsumen.
 
Logistik dan pembayaran, pendukung e-commerce yang kerap terlupakanCEO PT Metraplasa (Blanja.com) Aulia Ersyah Marinto (gambar) berharap, perusahaan penyedia logistik juga mulai mengembangkan layanan berbasis teknologi.
 
Bukan sekedar memonitor pengiriman pesanan, namun ia menyebut pemanfaatan teknologi juga dipakai untuk mengelola inventori hingga memudahkan penempatan harga barang.
 
“Di Tiongkok, semua sudah sampai pada level pemanfaatan teknologi untuk pembayaran dan logistik.
 
“Kalau di India pembayaran transaksi e-commerce sudah pakai micro payment karena mereka sadar kedua isu ini sensitive dan penting sekali dalam mendukung ekosistem belanja daring,” ucap Aulia.
 
Lebih lanjut dia menyebut, jika kedua sistem serupa juga mulai diterapkan di Indonesia, maka ekosistem yang sudah terbentuk tentu akan semakin cepat. Penyedia layanan logistik bisa berinovasi memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menjangkau konsumen dan pelaku bisnis yang lebih luas.
 
Salah satu penyedia layanan logistik, PT Globalindo Dua Satu Express (21Express), tak menampik jika fenomena belanja daring turut mempengaruhi angka pendapatan perusahaan.
 
Bahkan, perusahana yang sebelumnya fokus pada 5 ribu konsumen korporat kini menjajaki jasa pengiriman barang dan jasa untuk pelanggan perseorangan (B2C) sebagai pengaruh dari pertumbuhan belanja daring.
 
“Kami merupakan perusahaan jasa pengiriman pertama yang menjadi mitra perusahaan distributor alat komunikasi, kini kami memperluas cakupan pengiriman untuk pelanggan perseorang dan pelaku bisnis e-commerce.
 
“Setiap bulan, rata-rata kami mengirimkan lebih dari 130.000 paket ke seluruh Indonesia,” ungkap managing director 21Express Fanywati Wyadi.

Logistik dan pembayaran, pendukung e-commerce yang kerap terlupakan

Untuk memastikan semua pesanan aman, Fany menyebut, 21Express mulai memaksimalkan kemauan teknologi dengan merilis aplikasi ponsel pintar sehingga konsumen bisa memonitor setiap pesanan.
 
Aplikasi yang tersedia untuk perangkat Android dan iOS ini memungkinkan kurir menjemput pesanan dari lokasi manapun dan pengguna bisa memantau pergerakan paket hingga meminimalisir salah pengiriman.
 
Saat disinggung mengenai kendala menjangkau masyarakat di daerah pelosok Fany menyebut, hal ini sebagai sebuah kesempatan sekaligus tantangan.
 
Terlebih dengan keterbatasan infrastruktur dan faktor demografi Indonesia yang tergolong unik. Hingga akhir tahun 2015, 21Express pun menargetkan memiliki 50 agen di seluruh Indonesia.
 
“Sampai saat ini demand dan pusat pendistribusian barang memang masih dari kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, tapi untuk menjangkau masyarakat di daerah kami berencana menambah kantor cabang minimal satu setiap bulannya,” ungkap Fany.
 
Sistem pembayaran non tunai
 
Selain isu logistik, kendala pembayaran saat melakukan transaksi daring dianggap sebagai salah satu faktor yang kerap diabaikan.
 
Padahal seyogyanya, belanja daring menawarkan kemudahan termasuk dalam urusan pembayaran. Sehingga konsumen tidak perlu bolak balik ke mesin ATM untuk menyelesaikan transaksi pembayaran.
 
Mengenai isu pembayaran (payment gateway), Menkominfo Rudiantara berjanji akan membicarakan hal tersebut dengan Bank Indonesia. “Infrastruktur, payment gateway misalnya, national payment gateway kami bicarakan dengan Bank Indonesia. Ini harus ada national payment gateway, kalau tidak, kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi di Indonesia”
 
Seperti diketahui jika sistem pembayaran merupakan isu besar, mengingat 90% sumber keuangan berasal dari rekening bank.
 
Sementara tidak semua masyarakat memiliki rekening bank sehingga dibutuhkan bentukan lain dari sistem pembayaran, seperti dompet elektronik atau pembayaran melalui pihak ketiga misalnya mini market.
 
Logistik dan pembayaran, pendukung e-commerce yang kerap terlupakanFounder dan COO PT Nusa Satu Inti Artha (Doku) Nabilah Alsagoff (gambar) mengakui jika ekosistem belanja daring di Indonesia masih kecil, terlebih untuk penggunaan uang elektronik (e-money) untuk transaksi pembayaran.
 
Bukan hanya masyarakat di daerah, bahkan masyarakat di perkotaan pun cenderung masih awam dengan konsep uang elektronik karena tidak mengetahui fungsi utamanya.
 
“Tantangan terbesar memang masih seputar edukasi dan kepercayaan. Karena orang akan berpikir emoney untuk apa, kalau simpan uang di situ aman nggak dan bisa dipakai untuk apa saldonya akan hangus atau nggak untuk jangka waktu tertentu,” ucap Nabilah saat ditemui DNA di Jakarta, 12 November.
 
Konsentrasi belanja daring, disebut Nabilah, memang masih berada di kota besar, sehingga perlu edukasi mengenai kepraktisan membayar belanjaan dengan  menggunakan Internet banking atau emoney meski masih ada yang pakai ATM dan dirasa tidak praktis.
 
Dia mengaku optimis pertumbuhan e-money dan e-wallet sangat besar, terlebih dengan program pemerintah yang mendorong masyarakat ke arah cashless.
 
“Kalau dari data statistik  kami memang masyarakat cukup dengan menyimpan uang Rp1 juta, karena rata-rata hanya menghabiskan Rp150-200 ribu dalam sebulan. Kebutuhan pembelanjaan juga hanya kebutuhan sehari-hari, top up pulsa, dan game credit,” akunya.
 
Untuk pembelanjaan dengan nilai lebih besar, pengguna juga bisa menggunakannya untuk berbelanja di sejumlah merchant e-commerce.
 
“Kalau nilai transaksi kami batasi maksimap  juta dalam sebulan, ini terkait dengan aturan Bank Indonesia. Ada juga pengguna yang pakai emoney sampai jutaan dan kebanyakan untuk beli gadget elektronik,” kata nya.
 
Senada dengan Doku, penyedia solusi pembayaran daring Faspay mengakui jika meningkatnya traffic belanja daring juga memengaruhi solusi pembayaran.
 
 Kemudahan pembayaran menjadi faktor penting mengingat harus ada metode pembayaran yang sejalan dengan penetrasi transaksi daring itu sendiri.
 
“Dulu, traffic transaksi daring paling tinggi mendekati tanggal gajian (akhir bulan), tapi sekarang dengan ekosistem yang kian terbentuk dan kepercayaan yang mulai terbangun membuat belanja daring kian diminati,” pungkas head of business development Faspay Eddy Tju.
 
Eddy menyebut payment gateway memungkinkan pengguna mengintegrasikan pembayaran melalui rekening bank, uang elektronik hingga kartu kredit. Kedepannya pertumbuhan pembayaran melalui payment gateway diprediksi akan tumbuh lebih dari 20 persen.
 
“Secara volume sampai Q3 pertumbuhannya mencapai 20% kenaikan sampai Q4 memang tidak besar karena melihat kondisi ekonomi, maksimal pertumbuhannya hanya 35%.”
 
Tahun 2016 diprediksi akan semakin banyak pelaku UKM yang beralih menawarkan produk mereka ke ranah online.
 
Hal ini tentu saja membutuhkan solusi pembayaran yang aman dan mudah selain melalui layanan perbankan, virtual account dan uang elektronik yang terintegrasi dengan sistem pembayaran.
 
Artikel Terkait:
 
Menuju industri e-commerce Indonesia
 
Portal ecommerce khusus UKM diluncurkan
 
Ritel offline di Indonesia akan kalah pamor dengan portal belanja daring
 
Bayar belanjaan ala Kesles
 
 
Untuk mengakses lebih banyak berita-berita teknologi serta informasi terkini, silahkan ikuti kami di 
TwitterLinkedIn or sukai laman kami di Facebook.
 

 
Keyword(s) :
 
Author Name :
 
Download Digerati50 2020-2021 PDF

Digerati50 2020-2021

Get and download a digital copy of Digerati50 2020-2021